Aljafa.com – Masih dalam perjalanan Napak tilas Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said,tokoh yang sangat berpengaruh dalam pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia khususnya di wilayah Wonogiri,Jawa Tengah Indonesia. Makam tua di Desa Sendang Ijo, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan menjadi bukti sejarah peradaban Mataram Islam di Kota Wonogiri Sukses. Sosok yang dimakamkan di makam tersebut bernama Raden Ayu Kusuma Narsa.
Siapa BRAy Kusuma Narso
Ia tak lain adalah istri dari Amangkurat IV, raja Mataram Islam yang berpusat di Kartasura. Dari perkawinan Raden Ayu Kusuma Narsa dengan Amangkurat IV lahir Pangeran Mangkunegara, ayah dari Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa yang kemudian menjadi adipati di Pura Mangkunegaran bergelar KGPAA Mangkunagoro I.
Seperti diketahui, lahirnya Kabupaten Wonogiri pada 19 Mei 1741 tidak bisa dilepaskan dari cerita perjuangan Raden Mas Said. Saat berjuang melawan penjajah Belanda, RM Said yang berjuluk Pangeran Sambernyawa menggunakan wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Wonogiri sebagai basis perjuangan.
Dari sumber di lokasi dekat makam mengatakan Kusuma Narsa merupakan nenek atau eyang Raden Mas Said sekaligus istri Amangkurat IV, raja Mataram Islam yang berpusat di Keraton Kartasura. Perkawinan Amangkurat IV dengan Kusuma Narsa ini melahirkan Mangkunegara, ayah dari Mangkunegara I atau Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa.
Peran BRAy Kusuma Narso
Sebagai seorang eyang, Kusuma Narsa atau Raden Ayu Kilen turut berperan dalam perang gerilya Raden Mas Said melawan pasukan Belanda. “Kusuma Narsa memberikan pusaka dhuwung / keris kepada cucunya, Raden Mas Said, yang berangkat menuju Nglaroh [saat ini menjadi nama dusun di Desa Pule, Selogiri, Wonogiri] untuk berperang melawan Belanda.
Perang antara Pangeran Sambernyawa melawan Belanda di Wonogiri dilakukan selepas peristiwa Geger Pecinan di Keraton Kartasura pada 1740. Perang itu berlangsung selama 16 tahun mulai 1741-1757. Penasihat Perang Pangeran Sambernyawa Dalam perang itu posisi istri Raja Mataram Islam yang makamnya di Wonogiri itu menjadi penasihat sekaligus mengatur strategi. “Sebagai seorang istri raja, dia merupakan orang yang pinunjul/punya kelebihan dalam berbagai bidang, termasuk strategi perang.
Dengan fisik yang sudah renta, Kusuma Narsa tak begitu lama ikut berperang bersama cucunya di Wonogiri. Kondisi fisik yang renta itu membuat dia jatuh sakit ketika sampai di wilayah Seneng, tak jauh dari Bengawan Solo di Wonogiri. Kondisi kesehatan Kusuma Narsa terus mengalami penurunan. Dia semakin sakit dan kritis.
Pada kondisi itu, Kusuma Narsa hendak kembali ke Kartasura melalui Bengawan Solo menaiki rakit bambu. “Waktu itu ia berpesan, kalau ndilalah dia meninggal di perjalanan, maka di situlah dia dimakamkan. Pada saat itu, Kusuma Narsa yang menaiki rakit bambu meninggal di Dusun Keblokan, Desa Sendangijo. Saat ini makam Kusuma Narsa masih terjaga dan terawat dengan baik. Makam itu berada di dalam bangunan rumah.
Sejarah
Peradaban sebelum Mataram Islam Berdasarkan genealogi Dinasti Mataram dalam Sajarah Dalem yang ditulis Padmasusastra, Kusuma Narsa ini eyang kandung Mangkunagoro I melalui Mangkunegara Sepuh. Jauh sebelum Raden Mas Said bergerilya di Wonogiri, daerah itu sudah ada peradaban yang berlangsung lama. Alasan Raden Mas Said memilih Wonogiri untuk menjadi tempat bergerilya juga karena dia sudah paham betul wilayah tersebut.
Selain eyangnya berasal dari wilayah itu, Wonogiri dulu sudah masuk dalam daerah kekuasaan Kartasura. “Sudah ada latar belakang historis kenapa Mangkunagoro I memilih Wonogiri jadi tempat pelarian. Karena dia sudah hafal betul medan di Wonogiri Sebelum masa Kartasura, Wonogiri sudah terdapat peradaban di dekat Bengawan Solo
Demikian seklumit ulasan tentang makam tua di daerah Keblokan, Sendang ijo, Selogiri, Wonogiri,Jawa Tengah yang tak lain makam dari BRAy Kusuma Narso eyang dari Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa
Makam BRAy Kusuma Narso menjadi bukti sejarah bahwa Agama Islam sudah masuk wilayah Wonogiri kala itu.
Semoga ulasan tentang BRAy Kusuma Narso ini, bermanfaat bagi kita semua dan menjadi embrio semangat generasi muda dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.Jangan lupakan sejarah.Sekian