Aljafa.com – Masih seputar wisata religi yang ada di wilayah kabupaten Wonogiri, kali ini tim aljafa.com akan membahas tentang salah satu tempat bersejarah yang ada di Wonogiri. Prasasti Nglaroh, Watu Gilang, yang berada di Dusun Nglaroh, Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Wonogiri merupakan tempat bersejarah bagi warga Kabupaten Wonogiri.
Tempat ini merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Wonogiri. Di batu Gilang (prasasti NGLAROH) inilah diyakini Raden Mas Said atau yang dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa mengatur strategi mengusir penjajah Belanda.
Kini, batu berupa lempengan pipih dengan panjang sekitar 45 cm itu dibuatkan monumen khusus untuk menjaga dari pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab. Sebagai langkah pemerintah daerah kabupaten Wonogiri dalam menjaga situs sejarah.
Lokasi Prasasti Nglaroh
Lokasi Prasasti NGLAROH Batu itu berada di pekarangan warga bapak Sodimejao, Dusun Nglaroh, Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Jika pembaca aljafa.com dari jalur utama Solo -Wonogiri, sebelum masuk kota Wonogiri pembaca menemukan Tugu Pusaka yang tepat di depan kantor kecamatan Selogiri. Silahkan ambil arah ke kanan kira kira 1,5 km pembaca akan menemukan Prasasti Watu Gilang.
Sejarah Prasasti Watu Gilang
Batu tersebut memiliki lima lekukan pada permukaannya yang yang digunakan sebagai simulasi strategi perang gerilya dengan bantuan batu-batu lebih kecil. Mulanya, Raden Mas Said ( Pangeran Sambernyawa) bersama pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya melakukan perjalanan untuk keluar dari kraton dan mencari wilayah baru akibat konflik dengan sang raja. Raden Mas Said bersama pengikutnya tiba di suatu daerah untuk menghimpun kekuatan dan mendirikan pemerintahan baru.
Menurut informasi yang penulis dapat dari berbagai sumber ,tempat perundingan ini terjadi di Dusun Nglaroh pada Rabu Kliwon, 3 Rabiul Awal tahun 1666 Jimakir, Windu Sengara, Candra Sengkala Rasa Retu Ngoyak Jagad atau pada tanggal 19 Mei 1741 yang kini diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Wonogiri. Di tempat ini Raden Mas Said bersama pengikutnya serta dukungan masyarakat Nglaroh menggunakan Watu Gilang untuk mengatur strategi perang untuk menentukan hari secara hitungan jawa yakni Pahing, Pon, Wage, Kliwon, Legi. Raden Mas Said membentuk Punggowo Baku Kawandoso Joyo bersama pengikut setianya di tempat ini.
Oleh pemerintah daerah kabupaten Wonogiri tanggal 19 Mei di jadikan sebagai hari jadi kabupaten Wonogiri. Acara biasanya diawali Napak tilas Pangeran Sambernyawa dari “Prasasti NGLAROH”.
Dikisahkan dalam perjuangannya Raden Mas Said(Pangeran Sambernyawa) berikrar yakni Pamoring Kawula Gusti sebagai pengikat batin pemimpin dengan rakyatnya yakni Ti Ji Ti Beh, Mati Siji Mati Kabeh dan Mukti Siji Mukti Kabeh. Raden Mas Said juga mencetuskan Tri Darma yakni Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu Hangrukebi
Mitos Yang Beredar
Tak heran Watu Gilang “Prasasti NGLAROH” menjadi tempat yang sangat bersejarah bagi masyarakat Wonogiri Jawa Tengah. Bahkan ada yang berpendapat siapapun bupati yang menjabat di Kabupaten Wonogiri harus memulai langkah politiknya dari Prasasti NGLAROH. Pendapat ini bukan tanpa alasan, terbukti bupati yang terpilih memulai deklarasi pencalonannya dilaksanakan di kompleks Prasasti NGLAROH (watu Gilang) yang terletak di dusun NGLAROH, Kelurahan Pule Kecamatan Selogiri Wonogiri. Bahkan ada pihak yang meyakini Watu Gilang (Prasasti NGLAROH) ini di gunakan untuk sholat oleh Pangeran Sambernyawa.
Penutup
Semoga tulisan ini bermanfaat,dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia khususnya yang dipimpin Pangeran Sambernyawa. Harapan penulis, semoga generasi muda tidak melupakan sejarah dan mampu menjadi embrio semangat dalam meneruskan perjuangan para leluhur bangsa dalam mengisi kemerdekaan.